Physical Address
304 North Cardinal St.
Dorchester Center, MA 02124
Kita sering menjumpai musik religi dalam berbagai acara keagamaan di Indonesia. Dua genre yang cukup populer dan seringkali dianggap serupa adalah hadroh dan marawis.
Meskipun keduanya sama-sama menampilkan musik Islami yang merdu dan menggugah, terdapat perbedaan mendasar yang membedakan keduanya.
Perbedaan ini tidak hanya terletak pada instrumen musik yang digunakan, melainkan juga pada gaya bernyanyi, irama, lirik, bahkan asal-usul dan konteks penggunaannya.
Memahami perbedaan ini penting agar kita dapat lebih menghargai kekayaan budaya musik Islami di Indonesia dan memilih genre yang tepat untuk berbagai acara keagamaan seperti Maulid Nabi, pernikahan atau pengajian.
Seringkali, perbedaan ini terabaikan,artikel ini akan membahas secara rinci perbedaan antara keduanya, dengan harapan dapat mengklarifikasi kesalahpahaman tersebut.
Kita akan menyelami perbedaan instrumen musik, gaya bernyanyi, lirik lagu serta asal-usul kedua jenis musik Islami ini.
Semoga setelah membaca artikel ini, kita semua memiliki pemahaman yang lebih utuh dan jelas mengenai perbedaan hadroh dan marawis.
Salah satu perbedaan paling menonjol antara hadroh dan marawis terletak pada instrumen musik yang digunakan.
Hadroh, yang akarnya kuat terhubung dengan tradisi Madinah, biasanya menggunakan rebana sebagai instrumen utama.
Rebana dalam hadroh memiliki variasi ukuran dan jenis, menghasilkan beragam warna suara. Selain rebana, hadroh juga mungkin menggunakan instrumen lain, seperti tar dan terkadang tamborin sederhana.
Namun, rebana tetap menjadi instrumen yang paling dominan, menciptakan irama yang khas dan sederhana, seringkali menekankan ketukan yang kuat dan repetitif.
Perbedaan suara yang dihasilkan antara rebana kecil dan besar menciptakan tekstur unik yang khas Hadroh.
Keunikan ini seringkali dipadukan dengan instrumen lain untuk menghasilkan bunyi yang lebih kompleks. Penggunaan instrumen lain seperti seruling sangat jarang dan dapat bervariasi tergantung pada grup Hadroh-nya.
Dalam konteks Hadroh Indonesia, kita bisa jumpai variasi penggunaan instrumen, namun tetap berpusat pada rebana.
Berbeda dengan hadroh, marawis memiliki susunan instrumental yang lebih kompleks dan beragam. Marawis sering menggunakan berbagai jenis rebana, tetapi juga menambahkan instrumen-instrumen lain seperti gendang, kecapi dan terkadang seruling atau alat musik tiup lainnya.
Kombinasi ini menciptakan suara yang lebih meriah dan kaya. Penggunaan kecapi misalnya, memberikan dimensi melodi yang lebih kompleks dan dinamis daripada hadroh yang cenderung lebih repetitif.
Gendang memberikan irama yang lebih kuat dan dramatis. Penggunaan instrumen yang beragam ini memungkinkan marawis untuk menghasilkan berbagai macam irama dan melodi, membuatnya lebih fleksibel untuk beradaptasi dengan berbagai jenis lagu dan acara keagamaan.
Perbedaan dalam instrumen ini berkontribusi pada perbedaan gaya musik secara keseluruhan. Perbedaan ini bisa dibilang cukup signifikan dan menjadi penanda utama perbedaan antara kedua jenis musik tersebut.
Baca Juga : Kupas Tuntas Perbedaan Drumband dan Marching Band
Selain instrumen, perbedaan juga terlihat pada gaya bernyanyi dan irama. Hadroh cenderung menggunakan gaya vokal sederhana dan monoton, lebih fokus pada lirik dan pesan yang disampaikan.
Irama hadroh biasanya lebih lambat dan tenang, cocok untuk menciptakan suasana khusyuk dan penuh refleksi.
Gaya vokal cenderung sederhana, tanpa banyak variasi nada yang kompleks. Ini bukan berarti hadroh membosankan; justru kesederhanaannya ini yang membuat hadroh mudah dicerna dan pesan religinya tersampaikan dengan jelas.
Kita bisa analogikan gaya vokal hadroh seperti sebuah bacaan ayat suci Al Qur’an yang khusyuk dan penuh penghayatan.
Hal ini juga berpengaruh pada pemilihan syair hadroh yang cenderung pendek dan mudah dihafal.
Marawis, di sisi lain, memiliki gaya bernyanyi yang lebih dinamis dan ekspresif, dengan variasi nada dan irama yang lebih kaya.
Irama marawis bisa lebih cepat dan meriah, sehingga cocok untuk menciptakan suasana gembira dan semarak.
Gaya bernyanyi marawis sering kali lebih energetik dan melibatkan lebih banyak teknik vokal seperti improvisasi dan ornamen.
Penggunaan variasi nada yang lebih luas menciptakan warna musik yang lebih hidup dan menarik. Perbedaan ini bisa dianalogikan dengan perbedaan antara lagu religi yang khusyuk dan lagu religi yang lebih bersemangat.
Baik hadroh maupun marawis memiliki nilai estetika tersendiri, tergantung pada preferensi dan konteks penggunaannya.
Meskipun keduanya menyanyikan lagu-lagu bernuansa Islami, ada sedikit perbedaan dalam lirik dan tema lagu.
Hadroh lebih sering menggunakan syair-syair yang bernuansa pujian kepada Nabi Muhammad SAW, kisah-kisah keislaman atau nasihat-nasihat agama.
Liriknya cenderung sederhana dan mudah dipahami, sehingga pesan religinya tersampaikan dengan efektif. Fokus utama adalah pada penyampaian pesan moral dan keagamaan secara langsung dan lugas.
Marawis, selain menampilkan shalawat dan lagu-lagu bernuansa religius seperti hadroh, juga seringkali menampilkan lagu-lagu yang lebih beragam temanya.
Tema-tema tersebut bisa berupa kisah-kisah inspiratif, pujian kepada Allah SWT atau bahkan lagu-lagu yang bersifat umum namun tetap bernafaskan Islami.
Lirik marawis cenderung lebih bervariasi dan kaya akan diksi, sehingga menciptakan pengalaman estetis yang lebih kompleks.
Namun, tetap pada intinya, lirik tetap relevan dan tidak bertolak belakang dengan ajaran agama Islam.
Semoga penjelasan di atas dapat membantu kita semua untuk membedakan Hadroh dan Marawis dengan lebih baik.
Kedua jenis musik ini sama-sama berharga sebagai bagian dari khazanah musik Islami Indonesia dan memiliki peran penting dalam memperkaya kehidupan beragama kita.